Aksi Korporasi dalam dunia pasar modal atau Pergerakan Harga Saham

OLAHAN INTERNET.Apa yang dimaksud dengan istilah Aksi Korporasi dalam dunia pasar modal atau Pergerakan Harga Saham?

Di Artikel  ini aku mau bahas tentang beberapa istilah aksi korporasi dalam dunia pasar modal yang sering sekali menjadi momentum pergerakan harga saham.

Aksi Korporasi dalam dunia pasar modal atau Pergerakan Harga Saham
gambar ilustrasi:grafik saham


Buat kamu yang baru aja mulai belajar investasi saham mungkin kamu merasa bingung kalau mendengar berita, atau informasi di grup detik bisnis yang mengatakan"Hei, saham A mau bagiin dividen!"

"Saham B mau melakukn stock split!"

"Saham C bakalan reverse stock!"

Istilah-istilah itu tuh maksudnya apa sih?
Apa dampaknya ke harga saham?
Apa itu berita bagus, atau malah berita buruk?
Jadi,apakah harga sahamnya bakalan naik atau turun?

Nah, di tulisan kali ini, aku akan jelaskan secara lengkap tentang beberapa istilah aksi korporasi yaitu dengan Topik seputar dividen, stock split, dan reverse stock.

Baca juga: 7 Cara Memanfaatkan Fasilitas Margin Trading Dalam Saham

Oke, sebelum kita lanjut, aku mau mengingatkan dahulu nih,Buat kamu yang mau belajar tentang keuangan, ekonomi,saham, investasi reksadana,dan seputar Informasi Berita Terkini seputar Uang,bisnis maupun berbagai Cara mengembangkan usaha di berbagai bidang
silakan berlangganan melalui emai di blog ini untuk mendapatkan konten-konten terbaik dari kami yang dikirim langsung ke kotak masuk email kamu secara Gratis..!

Baca juga:Tips Main Saham Untuk Pemula

Sekarang kita bahas dulu apa itu aksi korporasi

Sederhananya, aksi korporasi itu adalah tindakan, kebijakan, atau keputusan yang diambil perusahaan yang mana hal tersebut bakalan berdampak ke para investor atau pemegang saham baik itu berdampak pada persentase kepemilikan saham,jumlah lembar saham yang dimiliki dan kepentingan pemegang saham lainnya

Dampak yang ditimbulkan itu macam-macam nih, bisa jadi positif, bisa jadi negatif jadi,tergantung aksi korporasi apa yang dilakukan dan bagaimana dampak serta persepsi pemegang saham terkait aksi korporasi tersebut.

dan tentu saja, persepsi para pemegang saham ini akan sangat berpengaruh terhadap harga saham yang bersangkutan.

Baca Juga: 7 Faktor Penyebab Naik Turunya Harga Saham

Oke, langsung kita bahas aja yuk aksi korporasi pertama, yaitu dividen

Dividen ini adalah salah satu aksi korporasi yang paling sering dilakukan.Banyak banget perusahaan yang rutin bagi dividen setiap tahun atau bahkan ada juga perusahaan yang bagi dividen lebih dari satu kali dalam satu tahun

Emang dividen tuh apa sih? Apa Yang dimaksud dengan Istilah Dividen?

Jadi begini, ketika sebuah perusahaan itu menjalankan kegiatan usahanya,perusahaan tersebut berpotensi untuk mendapatkan laba atau keuntungan.tapi di sisi lain, ada juga yang malah rugi.

Nah, perusahaan yang berhasil mencetak laba ini tuh boleh membagikan semua
atau sebagian laba tersebut ke pemegang saham.Laba yang dibagikan ke pemegang saham inilah yang disebut sebagai dividen.

Umumnya dividen yang dibagikan ke pemegang saham tu berupa uang tunai
yang ditransfer langsung ke RDN kamu.Oh iya, pembagian dividen ini dibolehkan, tapi tidak mesti diharuskan.

Baca Juga: Rekomendasi Aplikasi Sekuritas Saham Paling Cocok Untuk Pemula

Jadi kalau ada perusahaan yang mencetak laba tapi tidak membagikan dividen juga itu tidak masalah selama disetujui oleh mayoritas pemegang saham.

Nah, dari situ kamu akan mikir dan mungkin akan bertanya:berarti semakin besar dividennya semakin bagus dong?

Di satu sisi memang betul Kalau dividennya besar, tentu saja itu bakalan menguntungkan pemegang saham karena bisa dapat keuntungan tambahan dalam jumlah besar
Tapi coba kita lihat dari sisi lainnya juga, Semakin besar jumlah dividen yang dibagikan,semakin kecil pula laba yang bisa dipakai oleh perusahaan untuk melakukan ekspansi bisnis.

Baca Juga: Strategi Menabung Saham Untuk Pemula 2020 Dengan Modal Yang Kecil

Dividen ini bisa dilihat dari dua sisi yang berbeda yaitu;Ada yang berpikir kalau dividen itu adalah cerminan bisnis yang sehat karena bisa memberi insentif ke para investornya.

Tapi ada juga yang berpikir kalau sebaiknya dividen tersebut dibagikan dalam jumlah minimal atau bahkan tidak perlu dilakukan supaya labanya itu bisa dipakai buat ekspansi bisnis atau hal produktif lainnya biar perusahaan yang bersangkutan bisa semakin bertumbuh dan harga sahamnya itu bisa naik dengan pesat di masa depan.

Sekarang kita akan bahas tentang bagaimana sih pengaruh pembagian dividen
terhadap pergerakan harga saham?

Oke, sebelum bahas tentang itu, kamu perlu tau dulu nih dua istilah penting tentang tanggal yang berkaitan sama dividen:Ada cum date dan ada ex date

Cum date itu adalah tanggal terakhir kamu beli saham tertentu supaya kamu itu dapat hak buat menerima dividen.Jadi kalau kamu mau dapat dividen saham tertentu kamu itu harus beli dan pegang sahamnya di tanggal ini dan tidak boleh dijual dulu

Kalau dijual, ya kamu tidak bakalan dapat dividen.Sementara, ex date itu adalah tanggal pertama di mana kamu itu tidak akan mendapatkan hak untuk menerima dividen.

Baca Juga: Memilih Saham Yang bagus dari Rekapan Laporan keuangan Pada Bursa efek

Nah biasanya nih, banyak banget pemburu dividen yang beli sahamnya tuh pas cum date dan jual sahamnya pas ex date

Sekarang kita ambil satu contoh ilustrasi saham yang belum lama ini  mebagikan dividen yaitu saham PT Bukit Asam atau PTBA.Cum date untuk dividen PTBA itu di tanggal 18 Juni 2020 Sementara, ex date-nya itu di tanggal 19 Juni 2020.

Nah, waktu itu, PTBA tuh membagikan dividen sebesar Rp326 per lembar sahamnya.Menurutku itu angka dividen yang sangat besar.Soalnya harga saham PTBA per lembar saat itu ada di kisaran Rp2.000-an.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Bursa Saham

Jadi kalau dihitung-hitung dividen yang bakal diterima investor lebih dari 10% dari harga sahamnya saat itu Menarik banget kan?

Nah, karena nilai dividen yang besar ini sangat banyak orang yang berburu buat beli sahamnya.Makanya nih, beberapa hari sebelum cum date harga sahamnya tuh cenderung naik Dari sini kamu bisa melihat
harga saham PTBA tuh naik sekitar 25% dari awal bulan Juni sampai dengan tanggal cum date Di sisi lain, ketika ex date banyak banget orang yang mau jual sahamnya karena sebagian dari mereka beli saham PTBA tersebut bukan buat diinvestasikan melainkan untuk mengincar dividennya saja, atau biasa disebut dengan DIVIDEN HUNTER.

Baca Juga: Investasi waktu sebelum uang "simulasi saham

Sekarang, apa sih yang terjadi kalau banyak orang yang mau jual sahamnya?sementara pembelinya tetap atau cenderung turun?

Yap, harganya akan turun Saat ex date dan beberapa hari setelahnya saham PTBA itu amblas sekitar 15% cuma dalam waktu 5 hari saja.Secara umum, harga saham itu akan cenderung naik menjelang dan sampai cum date dan harganya itu akan cenderung turun di tanggal ex date.

Biasanya, semakin besar dividen yang dibagikan semakin besar pula persentase kenaikan dan penurunan harga saham yang bersangkutan.Makanya, kalau dividennya kecil dibanding harga saham biasanya harga sahamnya itu tidak akan seagresif perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah besar.

Sekarang kita lanjut ke istilah korporasi kedua, yaitu stock split

Nah, buat kamu yang sudah beberapa tahun berpartisipasi di pasar modal mungkin kamu masih ingat, dulu di tahun 2017 harga 1 lembar saham BRI itu sekitar Rp15.000-an

Sementara, saat artikel ini ditulis di bulan September 2020 harga saham BRI itu ada di angka Rp3.000-an

Lho, kenapa bisa turun sangat jauh?

Berarti harga sahamnya jatuh ya?Tidak. Harga sahamnya tersebut turun bukan karena rugi tapi karena BRI itu melakukan stock split.Singkatnya, stock split itu adalah memecah lembar saham.

Baca juga: Menjadi Investor Sekaligus Trader Begini Tehniknya

Misalnya, ada 1 lembar saham harganya Rp10.000 Nah, saham tersebut dipecah jadi 10 lembar dan harganya masing-masing jadi Rp1.000.Analoginya itu mirip seperti pizza nih Dari yang sebelumnya kamu harus beli full 1 loyang pizza Setelah stock split, pizza-nya tuh dipotong-potong jadi 10 slice jadi itu kamu bisa beli pizza-nya per slice.

Misalnya, kamu punya 30 lot atau 3.000 lembar saham A dengan harga Rp10.000 per lembarnya,Terus perusahaan A itu melakukan stock split 1:10 Harga sahamnya itu dipecah jadi Rp1.000 per lembarnya.

Jadi, jumlah lembar saham yang kamu punya Tersebut bakal bertambah 10 kali lipat
jadi 300 lot atau 30.000 lembar saham dengan harga Rp1.000 per lembarnya.

Kenapa perusahaan itu melakukan stock split?Umumnya, perusahaan itu melakukan stock split karena harga sahamnya tersebut sudah terlalu tinggi sehingga transaksi sahamnya dinilai kurang bisa menarik para investor.

Baca juga: Pengertian Saham Dan Cara Kerjanya

Contoh nyatanya bisa kita lihat di saham Unilever (UNVR) di awal tahun 2020
Sebelum stock split, harga per lembarnya itu sekitar Rp42.000 Artinya nih, kalau kamu mau beli saham Unilever minimal kamu itu harus beli 1 lot atau 100 lembar, yaitu Rp4.200.000

Lumayan mahal kan?Setelah stock split 1:5 atau 1 saham lama dipecah jadi 5 harga saham Unilever Tersebut berubah jadi Rp8.400 per lembarnya

Sekarang, dengan modal Rp840.000 saja, kamu itu sudah bisa beli saham Unilever Harganya jadi jauh lebih terjangkau.Dengan harga yang lebih terjangkau, partisipasi para investor ritelpun bisa bertambah

karena hal tersebut makanya keputusan stock split ini sering dinilai sebagai hal positif di mata investor.Tapi balik lagi diberlakukannya stock split ini tidak menjamin saham yang bersangkutan Tersebut bakalan naik.

Ada juga saham yang harganya cenderung turun dan malah jadi oversupply setelah stock split.

Baca juga: Pembagian Dividen Dalam Saham

Aksi korporasi ketiga adalah reverse stock split

Sesuai namanya, ini adalah kebalikan dari stock split.Kalau stock split itu kan memecah lembar saham,reverse stock split itu artinya menggabungkan lembar saham yang beredar.

Kita analogikan pake pizza lagi,Dari yang awalnya kamu bisa beli 1 slice pizza sekarang tuh pizza-nya digabung jadi 1 loyang,Kamu cuma bisa beli per loyang dan tentu saja harganya bakalan lebih mahal
Kamu perlu tau dulu reverse stock split ini tuh relatif lebih jarang dilakukan kalau dibandingkan sama stock split.

Sekarang kita ambil contoh nyatanya
Di tahun 2017, saham Bakrie Sumatera Plantation (UNSP) itu melakukan reverse stock split 10:1

Artinya, 10 lembar saham lama itu digabung jadi 1 lembar saham

Misalnya, sebelum reverse stock split, kamu punya 10 lot saham dan per lembarnya seharga Rp50 Setelah stock split, kamu jadi punya 1 lot saham tapi harga per lembarnya yaitu Rp500

Kenapa perusahaan melakukan reverse stock split?Padahal kan aksi korporasi ini bikin harga saham perusahaan jadi makin mahal ya?

Nah, secara historis, perusahaan yang melakukan reverse stock itu seringnya adalah saham yang harganya itu mandek di batas bawah harga saham, yaitu Rp50
dan tidak ada atau minim transaksi.

Baca juga: Kode Etik Yang Wajib Diketahui Oleh Investor

Untuk bikin sahamnya itu jadi makin likuid dan ditransaksikan sama masyarakat perusahaan tersebut bisa melakukan reverse stock,jadi harga sahamnya naik dari yang tadinya parkir di batas bawah harga saham yaitu Rp50 menjadi beberapa ratus rupiah tapi bukan berarti uang investornya bertambah karena walaupun harga per lembar sahamnya itu naik,tapi jumlah lembar saham yang kamu punya disesuaikan atau diturunkan.

Misalnya, kamu punya 1.000 lot saham B
1 lembarnya tuh dihargai Rp50 Ketika saham B tuh melakukan reverse stock 10:1
harganya itu jadi Rp500 maka jumlah lot kamu juga akan disesuaikan jadi sepersepuluhnya atau berubah jadi 100 lot.

Dalam banyak kasus, reverse stock ini memang berhasil membuat sahamnya tersebut lebih likuid dan ditransaksikan lagi
Tapi tanpa diiringi dengan perbaikan fundamental perusahaan reverse stock ini bisa berdampak buruk pada kinerja harga saham.

Baca juga: 3 Jenis Diversifikasi Portofolio Investasi Saham

Seringkali, upaya reverse stock ini dianggap sebagai kesempatan bagi para investor
yang belum sempat jual sahamnya untuk segera mencairkan uangnya, mumpung sahamnya likuid dan harganya itu tidak lagi di posisi Rp50

Hal inilah membuat harga saham yang mengalami reverse stock tersebut cenderung turun.

Contoh kasus nyata misalnya saham UNSP tadi,Setelah sahamnya di-reverse stock dari Rp50 jadi Rp500 per lembarnya harga sahamnya itu terus turun.

di tanggal 4 Juli 2020 harga saham UNSP itu Rp59 doang,sudah turun sekitar 88% setelah reverse stock.Ya sahamnya jadi lebih likuid sih tapi harganya turun terus.

Karena hal ini, makanya reverse stock itu seringkali dipersepsikan sebagai hal yang negatif dan merugikan para investor.

Baca juga: 7 Cara Memilih Perusahaan Sekuritas

Tapi bukan berarti semua reverse stock ini pasti berakibat buruk.

Misalnya di tahun 2003 saham bank BNI (BBNI) itu pernah melakujan reverse stock split dengan rasio 15:1,Salah satu tujuannya adalah supaya harga saham bank BNI itu ada di kisaran harga yang mirip sama dua bank BUMN lain, yaitu bank BRI dan bank Mandiri

Sebelum reverse stock, harga saham bank BNI ini ada di angka Rp100-an.Setelah reverse stock, harganya itu berubah jadi Rp1.500-an.

Setelah reverse stock, BNI tersebut jelas tidak mengalami penurunan parah seperti UNSP Justru harganya cenderung naik sesuai dengan kinerja dan performa perusahaannya.

Baca juga:Tips Mencicil Saham Bagi Pemula

Dari situ kamu bisa melihat bahwa reverse stock itu tidak selalu buruk yang artinya
Semuanya balik lagi ke kondisi fundamental perusahaan dan apa tujuan dari reverse stock itu sendiri

Nah, itu adalah 3 contoh aksi korporasi yang biasa dilakukan sama perusahaan.Aksi korporasi perusahaan ini  sendiri masih banyak sekali Ada right issue, buyback, akuisisi, merger, dll.itulah Aksi Korporasi dalam dunia pasar modal atau Pergerakan Harga Saham semoga bermanfaat.

Tag: aksi korporasi dalam pasar modal

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak